Topik pembahasan :
– Pengertian isim
– Macam-macam isim
– Mengenal isim mufrod
– Mengenal isim mutsanna
– Mengenal isim jamak mudzakkar salim
– Mengenal isim jamak mu’annats salim
– Mengenal isim jamak taksir
– Asma’ul Khomsah
– Mengenal isim maqshur
– Mengenal isim manqush
– Mengenal isim laa yanshorif
Isim adalah kata yang menunjukkan makna dengan sendirinya dan tidak memiliki latar belakang waktu tertentu. Isim (kata benda) ini bisa menunjukkan kepada manusia, binatang, tumbuhan, benda mati, atau merupakan bentuk kata benda dari kata kerja (mashdar).
Isim ada bermacam-macam. Ditinjau dari bilangannya, isim terbagi tiga; mufrod (tunggal), mutsanna (ganda), dan jamak (banyak). Isim jamak terbagi lagi menjadi tiga; jamak mudzakkar salim (jamak lelaki), jamak mu’annats salim (jamak perempuan), dan jamak taksir (jamak yang tidak beraturan). Selain itu, ada lagi jenis isim lainnya seperti asma’ul khomsah (isim-isim yang lima), isim maqshur, manqush dan isim laa yanshorif atau ghairu munshorif.
Isim mufrod adalah kata benda yang menunjukkan satu. Misalnya ‘baitun’ artinya ‘sebuah rumah, ‘kitaabun’ artinya sebuah buku, dst. Adapun isim mutsanna menunjukkan dua buah, misalnya ‘baitaani’ atau ‘baitaini’ artinya ‘dua buah rumah’. Contoh lagi seperti ‘kitaabaani’ atau ‘kitaabaini’ artinya ‘dua buah kitab’, dst. Isim mutsanna diakhiri dengan alif nun (aani) atau ya’ nun (aini).
Isim jamak mudzakkar salim adalah kata benda yang menunjukkan banyak dengan akhiran wawu nun atau ya’ nun; diakhiri dengan bunyi ‘uuna’ atau ‘iina’. Misalnya kata yang berbunyi ‘muslimuuna’ atau ‘muslimiina’ artinya ‘para lelaki muslim’. Contoh lain ‘musyrikuuna’ atau ‘musyrikiina’ yang artinya ‘para lelaki musyrik’, dst. Isim jamak mudzakkar salim ini diakhiri dengan kata ‘uuna’ atau ‘iina’ sebagaimana dalam contoh di atas.
Isim jamak mu’annats salim adalah kata benda yang menunjukkan banyak dengan akhiran alif dan ta’. Contohnya dalam kata yang berbunyi ‘muslimaatun’ artinya ‘para wanita muslim’. Contoh lain seperti ‘musyrikaatun’ artinya ‘para wanita musyrik’. Huruf ta’ di akhir bisa ditanwin jika tidak ada alif lam di awalnya, jika ada alif lam tidak boleh ditanwin. Misalnya ‘al-muslimaatu’ artinya ‘para wanita muslimah itu’, karena ada alif lam di awal maka akhirannya tidak ditanwin.
Isim jamak taksir adalah bentuk jamak yang tidak mengikuti aturan-aturan di atas, oleh sebab itu bisa juga disebut dengan istilah jamak yang tidak beraturan. Tidak ada rumus baku untuk membentuknya. Misalnya kata ‘kutubun’ -bentuk jamak dari ‘kitaabun’- artinya ‘buku-buku’. Contoh lain, kata yang berbunyi ‘rusulun’ -bentuk jamak dari ‘rasulun’- artinya ‘para rasul’. Ada banyak contoh jamak taksir lainnya yang bisa diketahui dengan banyak membaca dan menelaah.
Asma’ul khomsah (isim-isim yang lima) adalah lima kata yang khusus karena memiliki variasi perubahan yang istimewa. Akhirannya bisa berubah dari wawu menjadi alif atau menjadi ya’. Misalnya, kata ‘abu’ yang artinya ‘bapak’. Kata ‘abu’ ini termasuk asma’ul khomsah, bisa diubah menjadi ‘aba’ -dengan akhiran alif-, bisa menjadi ‘abi’ -dengan akhiran ya’- atau bisa juga diubah menjadi ‘abu’ -dengan akhiran wawu-. Artinya tetap sama yaitu ‘bapak’. Asma’ul khomsah ini mencakup lima kata, yaitu ‘abu’-‘akhu’-‘hamu’-‘fuu’-dan-‘dzuu’. Abu artinya ‘bapak’. Akhu artinya ‘saudara lelaki’. Hamu artinya ‘saudara ipar’. Fuu artinya ‘mulut’. Dan dzuu artinya ‘pemilik’.
Kelima kata ini bisa mengalami perubahan huruf akhir; dari wawu menjadi alif atau ya’. Misalnya, kata ‘akhu’ bisa diubah menjadi ‘akha’ atau ‘akhi’. Apabila diakhiri dengan wawu -seperti ‘abu’- artinya ia berada dalam keadaan marfu’ (akan dijelaskan maksud dari marfu’ dalam pelajaran berikutnya). Apabila diakhiri dengan alif ‘aba’ artinya ia dalam keadaan manshub. Dan apabila diakhiri dengan ya’ -dibaca abi- artinya ia dalam keadaan majrur. Penjelasan tentang makna istilah marfu’, manshub dan majrur akan datang insya Allah dalam pelajaran berikutnya.
Jenis isim berikutnya adalah isim maqshur; yaitu isim yang diakhiri dengan alif lazimah atau alif bengkok. Misalnya kata yang berbunyi ‘al-huda’ -artinya ‘petunjuk’- dengan akhiran alif yang bentuknya seperti huruf ya’ sehingga disebut alif bengkok. Demikian juga contohnya kata ‘al-fata’ yang artinya ‘pemuda’ dengan akhiran alif bengkok/alif lazimah dan sebelumnya difathah.
Kemudian, ada lagi yang disebut isim manqush yaitu isim yang diakhiri dengan ya’ lazimah dan sebelumnya dikasroh. Misalnya kata ‘al-qaadhi’ artinya ‘hakim’ dengan akhiran ya’ dan sebelum ya’ dikasroh pada huruf dhad. Contoh lain misalnya ‘al-haadi’ artinya ‘pemberi petunjuk’ dengan akhiran huruf ya’ dan sebelumnya dikasroh pada huruf dal. Ciri isim manqush ialah diakhiri dengan ya’ dan sebelumnya pasti dikasroh.
Jenis isim yang terakhir adalah isim laa yanshorif yaitu kelompok isim-isim yang tidak boleh ditanwin dan juga tidak bisa diakhiri dengan kasroh. Ia disebut dengan istilah isim laa yanshorif atau isim ghairu munshorif. Misalnya kata ‘Sulaimaan’ ‘Marwaan’ dsb. Insya Allah ada penjelasan secara khusus mengenai rincian isim-isim laa yanshorif. Intinya, isim laa yanshorif ini tidak bisa ditanwin akhirannya dan juga tidak boleh dikasroh. Hal ini tentu berbeda dengan jenis isim lainnya karena pada umumnya isim bisa ditanwin dan bisa dikasroh.